Minggu, 02 Februari 2014

Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup


             Jumlah tumbuhan dan hewan sangat banyak, sehingga tidak mungkin menghafalkannya satu per satu. Oleh karena itu, kita perlu melakukan klasifikasi. Dengan klasifikasi, kita dapat mengenal sifat suatu spesies dengan melihat spesies lain yang merupakan anggota kelompok yang sama atau dengan melihat nama kelompoknya.

Contohnya kita dapat mengelompokkan seluruh jenis hewan menjadi dua kelompok besar, yaitu hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tidak bertulang belakang (invertebrata).

Kemudian, kelompok hewan vertebrata dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih kecil lagi, yaitu kelompok ikan (Pisces), kelompok hewan dua alam (Amfibi), kelompok hewan melata (Reptil), kelompok hewan menyusui (Mammalia), dan kelompok hewan bersayap (Aves). Kelompok-kelompok tersebut dikumpulkan berdasarkan persamaan sifat.

Kelompok ikan, misalnya, merupakan kumpulan dari berbagai jenis hewan yang hidup di air dan memiliki kesamaan sifat-sifat tertentu sehingga disebut sebagai ikan. Misalnya mempunyai sisi, bernapas dengan insang, dan berenang dengan sirip. Kegiatan mengklasifikasikan makhluk hidup sangat bermanfaat bagi manusia.

Dengan klasifikasi tersebut akan mempermudah kita dalam mempelajari berbagai jenis makhluk hidup yang ada di dunia ini. Manfaat lainnya adalah memudahkan langkah-langkah pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan klasifikasi juga bisa diketahui hubungan kekerabatan spesies satu dengan yang lain.


Proses Dan Hasil Klasifikasi Makhluk Hidup


Para ilmuwan melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan cara mencari persamaan ciri-ciri yang dimiliki. Makhluk hidup yang memiliki kesamaan ciri (sifat) dikelompokkan dalam satu kelompok atau takson. Misalnya, ayam dan burung dimasukkan dalam satu kelompok karena memiliki ciri yang sama, yaitu berbulu, memiliki paru, dan berkembang biak dengan bertelur.

Sementara itu, hewan yang memiliki perbedaan sifat akan dimasukkan dalam kelompok yang berbeda pula. Misalnya, kita akan mengelompokkan beberapa hewan, yaitu sapi, kerbau, kambing, kucing, itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak. Hewan-hewan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berambut. Kelompok ini terdiri dari sapi, kerbau, kambing, dan kucing. Sedangkan kelompok kedua berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berbulu. Kelompok ini terdiri dari itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak.

Berdasarkan cara pengelompokannya, sistem klasifikasi makhluk hidup dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sistem artifisial, sistem alamiah, dan sistem filogeni. Masing-masing sistem klasifikasi tersebut memiliki dasar pengelompokkan tertentu.

Pada sistem artifisial (buatan), klasifikasikan dilakukan berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan fisiologi (terutama pada alat perkembangbiakan dan habitat makhluk hidup). Contoh sistem klasifikasi ini adalah yang dilakukan oleh Theopratus dalam bukunya Historia Plantarum. Ia membagi tumbuhan menjadi empat kelompok berdasarkan penampakannya, yaitu pepohonan, perdu, semak, dan gulma. Sistem yang lain dikemukakan oleh Aristoteles dalam bukunya Historia Animalum. Ia mengelompokkan hewan menjadi dua kelompok, yaitu hewan berdarah dan hewan tak berdarah. Tokoh lain yang mengembangkan sistem ini adalah Carolus linneaus.

Bapak Klasifikasi

Carolus Linnaeus atau Carl Von Linne adalah seorang doktor ahli botani dari Swedia. Dia memperkenalkan sistem klasifikasi modern. Pada mulanya, sistem klasifikasi yang dikenalkan menggunakan sistem polinomial (banyak kata). Selanjutnya, ia menggunakan sistem binomial (dua kata). Kata pertama menunjukkan genus, sedangkan kata kedua menunjukkan spesies. Karena berhasil memperkenalkan sistem binomial, ia mendapatkan julukan Bapak Klasifikasi.

Pada sistem alamiah, hasil klasifikasi (takson) terbentuk secara alami, sesuai kehendak alam. Dasar klasifi kasi yang digunakan yaitu banyak sedikitnya persamaan, terutama morfologi. Pelopornya adalah Michael Adanson dan Jean Baptise de Lamarck. Mereka mengelompokkan hewan menjadi empat kelompok, yaitu hewan berkaki empat, hewan berkaki dua, hewan bersirip, dan hewan tidak berkaki. Selanjutnya, hewan berkaki empat dibagi lagi menjadi kelompok hewan berkuku genap dan berkuku gasal.

Sedangkan sistem filogeni merupakan klasifikasi yang mengacu pada teori evolusi. Teori tersebut menyatakan bahwa spesies yang ada di muka bumi akan mengalami perubahan terus menerus sejalan dengan perubahan lingkungan, sehingga menghasilkan spesies yang berbeda.

Organisme baru dilahirkan oleh organisme pendahulunya yang mengalami perubahan (meliputi perubahan susunan gen) yang mengakibatkan perubahan pada sifat organisme tersebut. Proses ini berlangsung lambat dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Dengan menggunakan sistem ini, jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar-antar takson dapat terlihat dengan jelas. Semakin dekat hubungan perkerabatan, semakin banyak persamaannya.

Dalam sejarah perkembangannya, berbagai sistem klasifikasi pernah dikemukakan oleh para ahli, mulai dari sistem dua kingdom sampai sistem yang sekarang umum dipakai. Perhatikan Gambar 1.
Perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup
Gambar 1. Perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup
Pada tahun 1758, Carolus Linnaeus mengusulkan sistem dua kingdom. Ia mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kingdom (dunia), yaitu Dunia Hewan (Animalia) dan Dunia Tumbuhan (Plantae). Semua organisme yang tidak memiliki dinding sel dan mempunyai kemampuan berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok hewan. Sedangkan organisme yang memiliki dinding sel, mampu melakukan fotosintesis, dan tidak dapat berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok tumbuhan.

Menyempurnakan sistem dua kingdom, pada tahun 1866, Ernest Haeckel mengusulkan sistem tiga kingdom. Di dalam sistem ini, makhluk hidup dibagi Dunia Hewan (Animalia), Dunia Tumbuhan (Plantae), dan Dunia Protista. Dunia Protista mencakup bacteria, Protozoa, dan Porifera. Selain Haeckel, sistem tiga kingdom juga diusulkan oleh Antoni Van Leuwenhoek, tetapi kingdom yang ketiga bukan Protista, melainkan Fungi (Dunia Jamur). Leuwenhoek menggunakan dasar pengelompokan berupa cara memperoleh nutrisi.

Fungi merupakan kelompok organisme yang memperoleh makanannya dengan menguraikan dan menyerap media, Plantae merupakan kelompok organisme yang mendapatkan makanan dengan melakukan fotosintesis, dan Animalia merupakan kelompok organisme yang memakan organisme lain, baik fungi, tumbuhan, maupun hewan lain.

Sistem empat kingdom muncul menyusul sistem tiga kingdom, diusulkan oleh Copeland pada tahun 1956. Copeland mengelompokkan makhluk hidup menjadi empat kingdom, yaitu Monera (termasuk bacteria), Protoctista (pengganti nama Protista), Plantae (tumbuhan, termasuk fungi), dan Animalia. Sistem serupa juga dikemukakan oleh

Eduard Chatton (1939) yang menggunakan dasar klasifikasi berupa ada tidaknya membran yang membungkus inti sel (eukariotik dan prokariotik). Dalam perkembangan selanjutnya, Sistem lima kingdom kemudian muncul mengikuti perkembangan sistem-sistem sebelumnya.

Pada tahun 1969, R. H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi Monera (memiliki tipe sel prokariotik, meliputi Bakteri dan Cyanobacteria), Protista (organisme eukariotik bersel tunggal, meliputi Protozoa dan Algae), Fungi (eukariotik, multiseluler, mengurai medium dan menyerap makanan), Plantae (eukariotik, multiseluler, dan autotrof karena mampu berfotosintesis, Meliputi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta), dan Animalia (eukariotik, multiseluler, heterotrof).

Ke depan sistem klasifikasi akan semakin berkembang sehubungan dengan adanya kemajuan teknologi di bidang biologi, terutama biologi molekuler. Bahkan saat ini juga sudah diajukan sistem klasifi kasi enam kingdom dan sistem tiga domain.

Di dalam berbagai sistem klasifikasi tersebut, tingkatan tertinggi kelompok atau makhluk hidup adalah kingdom (dunia). Kingdom ataudunia merupakan sebuah golongan (kelompok), disebut takson. Sebagai takson yang tertinggi, Kingdom masih dapat dibagi lagi menjadi unit-unit takson di bawahnya. Urutan unit takson pada hewan adalah Kingdom (Dunia), Phylum (Filum), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Familia (Suku), Genus (Marga), dan Species (Spesies, Jenis). Untuk tumbuhan urutan tersebut sama tetapi takson di bawah Kingdom bukan Phylum, melainkan Divisio (Divisi).

Takson atau kelompok makhluk hidup dapat memiliki peringkat atau kategori dan takson-takson tertentu yang diberi nama secara ilmiah. Jadi setiap takson (kelompok) makhluk hidup di dalam sistem kalsifikasi memiliki nama ilmiah tertentu yang sifatnya khas dan tidak dipakai untuk nama takson yang lain. Perhatikan contoh pada bagan pada Gambar 2.
Kategori dan Takson pada Dunia Tumbuhan
Gambar 2. Kategori dan Takson pada Dunia Tumbuhan
Kingdom atau dunia merupakan tingkatan takson tertinggi. Kingdom dibagi lagi menjadi filum (pada hewan) dan divisi (pada tumbuhan). Pembagian ini biasanya berdasarkan pada ciri yang umum. Pada tumbuhan, misalnya, tumbuhan yang memiliki, akar, batang, dan daun yang sejati dimasukkan pada Divisi Spermatophyta. Sedangkan tumbuhan yang tidak memiliki akar dan batang yang sejati dimasukkan ke dalam divisi lain, seperti Divisi Bryophyta, Psilophyta, Lycophyta, dan Filicophyta. Divisi dibagi menjadi beberapa subdivisi dan kelas.

Divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji) dibagi menjadi Subdivisi Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan Subdivisi Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka). Angiospermae dibagi lagi menjadi Kelas Monocotyledoneae (tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping satu) dan Kelas Dicotyledoneae (tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping dua). Di bawah kategori kelas, terdapat kategori bangsa. Kelas Monocotyledoneae memiliki beberapa bangsa, contohnya adalah bangsa Poales, Liliales, dan Bromeliales. Bangsa

Poales dibagi lagi menjadi beberapa suku, contohnya Suku Poaceae dan Suku Cyperaceae. Suku Poaceae (suku rumput-rumputan) memiliki beberapa marga, misalnya, Marga Oryza. Marga merupakan takson yang mencakup sejumlah spesies yang memiliki persamaan struktur alat reproduksi (jenis kelamin). Di bawah marga adalah kategori spesies atau jenis. Spesies merupakan populasi yang setiap individu yang menjadi anggotanya memiliki kesamaan pada sifat morfologi, anatomi, fisiologi, dan jumlah kromosom serta susunan kromosomnya.

Marga Oryza memiliki jenis Oryza sativa (padi). Apabila antar individu satu jenis melakukan perkawinan, maka akan dihasilkan keturunan yang fertil (subur). Tetapi khusus untuk organisme prokariotik konsep spesies tersebut tidak berlaku.

Ketujuh tingkatan takson tersebut adalah tingkatan yang umum disebut. Selain itu, masih terdapat kategori (peringkat) yang lain yang letaknya berada di antara takson-takson tersebut. Yang berada di bawahnya diawali dengan kata sub, yaitu subkingdom, subphylum, subordo, dan subspesies. Sedangkan apabila kategorinya lebih tinggi, diawali dengan kata super, yaitu superclassis, superordo, dan superfamilia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar