Jumlah tumbuhan dan hewan sangat banyak, sehingga tidak mungkin menghafalkannya satu per satu. Oleh karena itu, kita perlu melakukan klasifikasi. Dengan klasifikasi, kita dapat mengenal sifat suatu spesies dengan melihat spesies lain yang merupakan anggota kelompok yang sama atau dengan melihat nama kelompoknya.
Contohnya kita
dapat mengelompokkan seluruh jenis hewan menjadi dua kelompok besar,
yaitu hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tidak bertulang
belakang (invertebrata).
Kemudian, kelompok
hewan vertebrata dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih kecil lagi,
yaitu kelompok ikan (Pisces), kelompok hewan dua alam (Amfibi), kelompok
hewan melata (Reptil), kelompok hewan menyusui (Mammalia), dan kelompok
hewan bersayap (Aves). Kelompok-kelompok tersebut dikumpulkan
berdasarkan persamaan sifat.
Kelompok
ikan, misalnya, merupakan kumpulan dari berbagai jenis hewan yang hidup
di air dan memiliki kesamaan sifat-sifat tertentu sehingga disebut
sebagai ikan. Misalnya mempunyai sisi, bernapas dengan insang, dan
berenang dengan sirip. Kegiatan mengklasifikasikan makhluk hidup sangat
bermanfaat bagi manusia.
Dengan klasifikasi tersebut akan mempermudah kita dalam mempelajari berbagai jenis makhluk hidup yang ada di dunia ini. Manfaat lainnya adalah memudahkan langkah-langkah pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan klasifikasi juga bisa diketahui hubungan kekerabatan spesies satu dengan yang lain.
Dengan klasifikasi tersebut akan mempermudah kita dalam mempelajari berbagai jenis makhluk hidup yang ada di dunia ini. Manfaat lainnya adalah memudahkan langkah-langkah pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan klasifikasi juga bisa diketahui hubungan kekerabatan spesies satu dengan yang lain.
Proses Dan Hasil Klasifikasi Makhluk Hidup
Para
ilmuwan melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan cara mencari
persamaan ciri-ciri yang dimiliki. Makhluk hidup yang memiliki kesamaan
ciri (sifat) dikelompokkan dalam satu kelompok atau takson. Misalnya,
ayam dan burung dimasukkan dalam satu kelompok karena memiliki ciri yang
sama, yaitu berbulu, memiliki paru, dan berkembang biak dengan
bertelur.
Sementara
itu, hewan yang memiliki perbedaan sifat akan dimasukkan dalam kelompok
yang berbeda pula. Misalnya, kita akan mengelompokkan beberapa hewan,
yaitu sapi, kerbau, kambing, kucing, itik, ayam, angsa, merpati, dan
jalak. Hewan-hewan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berambut.
Kelompok ini terdiri dari sapi, kerbau, kambing, dan kucing. Sedangkan
kelompok kedua berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berbulu. Kelompok
ini terdiri dari itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak.
Berdasarkan
cara pengelompokannya, sistem klasifikasi makhluk hidup dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu sistem artifisial, sistem alamiah, dan sistem
filogeni. Masing-masing sistem klasifikasi tersebut memiliki dasar
pengelompokkan tertentu.
Pada
sistem artifisial (buatan), klasifikasikan dilakukan
berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan fisiologi (terutama pada
alat perkembangbiakan dan habitat makhluk hidup). Contoh sistem
klasifikasi ini adalah yang dilakukan oleh Theopratus dalam
bukunya Historia Plantarum. Ia membagi tumbuhan menjadi empat
kelompok berdasarkan penampakannya, yaitu pepohonan, perdu, semak,
dan gulma. Sistem yang lain dikemukakan oleh Aristoteles dalam
bukunya Historia Animalum. Ia mengelompokkan hewan menjadi dua
kelompok, yaitu hewan berdarah dan hewan tak berdarah. Tokoh lain
yang mengembangkan sistem ini adalah Carolus linneaus.
Bapak Klasifikasi
Carolus Linnaeus atau Carl Von Linne adalah seorang doktor ahli botani dari Swedia. Dia memperkenalkan sistem klasifikasi modern. Pada mulanya, sistem klasifikasi yang dikenalkan menggunakan sistem polinomial (banyak kata). Selanjutnya, ia menggunakan sistem binomial (dua kata). Kata pertama menunjukkan genus, sedangkan kata kedua menunjukkan spesies. Karena berhasil memperkenalkan sistem binomial, ia mendapatkan julukan Bapak Klasifikasi.
Bapak Klasifikasi
Carolus Linnaeus atau Carl Von Linne adalah seorang doktor ahli botani dari Swedia. Dia memperkenalkan sistem klasifikasi modern. Pada mulanya, sistem klasifikasi yang dikenalkan menggunakan sistem polinomial (banyak kata). Selanjutnya, ia menggunakan sistem binomial (dua kata). Kata pertama menunjukkan genus, sedangkan kata kedua menunjukkan spesies. Karena berhasil memperkenalkan sistem binomial, ia mendapatkan julukan Bapak Klasifikasi.
Pada
sistem alamiah, hasil klasifikasi (takson) terbentuk secara alami,
sesuai kehendak alam. Dasar klasifi kasi yang digunakan yaitu banyak
sedikitnya persamaan, terutama morfologi. Pelopornya adalah Michael
Adanson dan Jean Baptise de Lamarck. Mereka mengelompokkan hewan menjadi
empat kelompok, yaitu hewan berkaki empat, hewan berkaki dua, hewan
bersirip, dan hewan tidak berkaki. Selanjutnya, hewan berkaki empat
dibagi lagi menjadi kelompok hewan berkuku genap dan berkuku gasal.
Sedangkan
sistem filogeni merupakan klasifikasi yang mengacu pada teori evolusi.
Teori tersebut menyatakan bahwa spesies yang ada di muka bumi akan
mengalami perubahan terus menerus sejalan dengan perubahan lingkungan,
sehingga menghasilkan spesies yang berbeda.
Organisme baru dilahirkan oleh organisme pendahulunya yang mengalami perubahan (meliputi perubahan susunan gen) yang mengakibatkan perubahan pada sifat organisme tersebut. Proses ini berlangsung lambat dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Dengan menggunakan sistem ini, jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar-antar takson dapat terlihat dengan jelas. Semakin dekat hubungan perkerabatan, semakin banyak persamaannya.
Organisme baru dilahirkan oleh organisme pendahulunya yang mengalami perubahan (meliputi perubahan susunan gen) yang mengakibatkan perubahan pada sifat organisme tersebut. Proses ini berlangsung lambat dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Dengan menggunakan sistem ini, jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar-antar takson dapat terlihat dengan jelas. Semakin dekat hubungan perkerabatan, semakin banyak persamaannya.
Dalam
sejarah perkembangannya, berbagai sistem klasifikasi pernah dikemukakan
oleh para ahli, mulai dari sistem dua kingdom sampai sistem yang
sekarang umum dipakai. Perhatikan Gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup |
Pada
tahun 1758, Carolus Linnaeus mengusulkan sistem dua kingdom. Ia
mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kingdom (dunia), yaitu Dunia
Hewan (Animalia) dan Dunia Tumbuhan (Plantae). Semua organisme yang
tidak memiliki dinding sel dan mempunyai kemampuan berpindah tempat
dimasukkan dalam kelompok hewan. Sedangkan organisme yang memiliki
dinding sel, mampu melakukan fotosintesis, dan tidak dapat berpindah
tempat dimasukkan dalam kelompok tumbuhan.
Menyempurnakan
sistem dua kingdom, pada tahun 1866, Ernest Haeckel mengusulkan sistem
tiga kingdom. Di dalam sistem ini, makhluk hidup dibagi Dunia Hewan
(Animalia), Dunia Tumbuhan (Plantae), dan Dunia Protista. Dunia Protista
mencakup bacteria, Protozoa, dan Porifera. Selain Haeckel, sistem tiga
kingdom juga diusulkan oleh Antoni Van Leuwenhoek, tetapi kingdom yang
ketiga bukan Protista, melainkan Fungi (Dunia Jamur).
Leuwenhoek menggunakan dasar pengelompokan berupa cara memperoleh
nutrisi.
Fungi
merupakan kelompok organisme yang memperoleh makanannya dengan
menguraikan dan menyerap media, Plantae merupakan kelompok organisme
yang mendapatkan makanan dengan melakukan fotosintesis, dan Animalia
merupakan kelompok organisme yang memakan organisme lain, baik fungi,
tumbuhan, maupun hewan lain.
Sistem
empat kingdom muncul menyusul sistem tiga kingdom, diusulkan oleh
Copeland pada tahun 1956. Copeland mengelompokkan makhluk hidup menjadi
empat kingdom, yaitu Monera (termasuk bacteria), Protoctista (pengganti
nama Protista), Plantae (tumbuhan, termasuk fungi), dan Animalia. Sistem
serupa juga dikemukakan oleh
Eduard
Chatton (1939) yang menggunakan dasar klasifikasi berupa ada tidaknya
membran yang membungkus inti sel (eukariotik dan prokariotik). Dalam
perkembangan selanjutnya, Sistem lima kingdom kemudian muncul mengikuti
perkembangan sistem-sistem sebelumnya.
Pada
tahun 1969, R. H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi Monera
(memiliki tipe sel prokariotik, meliputi Bakteri dan Cyanobacteria),
Protista (organisme eukariotik bersel tunggal, meliputi Protozoa dan
Algae), Fungi (eukariotik, multiseluler, mengurai medium dan menyerap
makanan), Plantae (eukariotik, multiseluler, dan autotrof karena mampu
berfotosintesis, Meliputi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta),
dan Animalia (eukariotik, multiseluler, heterotrof).
Ke
depan sistem klasifikasi akan semakin berkembang sehubungan dengan
adanya kemajuan teknologi di bidang biologi, terutama biologi molekuler.
Bahkan saat ini juga sudah diajukan sistem klasifi kasi enam kingdom
dan sistem tiga domain.
Di
dalam berbagai sistem klasifikasi tersebut, tingkatan
tertinggi kelompok atau makhluk hidup adalah kingdom (dunia). Kingdom
ataudunia merupakan sebuah golongan (kelompok), disebut takson.
Sebagai takson yang tertinggi, Kingdom masih dapat dibagi lagi
menjadi unit-unit takson di bawahnya. Urutan unit takson pada hewan
adalah Kingdom (Dunia), Phylum (Filum), Classis (Kelas), Ordo
(Bangsa), Familia (Suku), Genus (Marga), dan Species (Spesies, Jenis).
Untuk tumbuhan urutan tersebut sama tetapi takson di bawah Kingdom
bukan Phylum, melainkan Divisio (Divisi).
Takson
atau kelompok makhluk hidup dapat memiliki peringkat atau kategori dan
takson-takson tertentu yang diberi nama secara ilmiah. Jadi setiap
takson (kelompok) makhluk hidup di dalam sistem kalsifikasi memiliki
nama ilmiah tertentu yang sifatnya khas dan tidak dipakai untuk nama
takson yang lain. Perhatikan contoh pada bagan pada Gambar 2.
Gambar 2. Kategori dan Takson pada Dunia Tumbuhan |
Divisi
Spermatophyta (tumbuhan berbiji) dibagi menjadi Subdivisi Angiospermae
(tumbuhan berbiji tertutup) dan Subdivisi Gymnospermae (tumbuhan berbiji
terbuka). Angiospermae dibagi lagi menjadi Kelas Monocotyledoneae
(tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping satu) dan Kelas Dicotyledoneae
(tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping dua). Di bawah kategori kelas,
terdapat kategori bangsa. Kelas Monocotyledoneae memiliki beberapa
bangsa, contohnya adalah bangsa Poales, Liliales, dan Bromeliales.
Bangsa
Poales
dibagi lagi menjadi beberapa suku, contohnya Suku Poaceae dan Suku
Cyperaceae. Suku Poaceae (suku rumput-rumputan) memiliki beberapa marga,
misalnya, Marga Oryza. Marga merupakan takson yang mencakup sejumlah
spesies yang memiliki persamaan struktur alat reproduksi (jenis
kelamin). Di bawah marga adalah kategori spesies atau jenis. Spesies
merupakan populasi yang setiap individu yang menjadi anggotanya memiliki
kesamaan pada sifat morfologi, anatomi, fisiologi, dan jumlah kromosom
serta susunan kromosomnya.
Marga Oryza memiliki jenis Oryza sativa (padi).
Apabila antar individu satu jenis melakukan perkawinan, maka akan
dihasilkan keturunan yang fertil (subur). Tetapi khusus untuk organisme
prokariotik konsep spesies tersebut tidak berlaku.
Ketujuh
tingkatan takson tersebut adalah tingkatan yang umum disebut. Selain
itu, masih terdapat kategori (peringkat) yang lain yang letaknya berada
di antara takson-takson tersebut. Yang berada di bawahnya diawali dengan
kata sub, yaitu subkingdom, subphylum, subordo, dan subspesies.
Sedangkan apabila kategorinya lebih tinggi, diawali dengan kata super,
yaitu superclassis, superordo, dan superfamilia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar