Minggu, 02 Februari 2014

Pengetahuan Biologi: Kegunaan Dan Manfaat Buah Pinang

Kegunaan buah pinang banyak sekali terutama sebagai obat tradisional :

  1. Pinang terutama ditanam untuk dimanfaatkan bijinya, yang di dunia Barat dikenal
    sebagai betel nut. Biji ini dikenal sebagai salah satu campuran orang
    makan sirih, selain gambir dan kapur.
  2. Biji pinang mengandung alkaloida seperti misalnya arekaina (arecaine) dan arekolina
    (arecoline), yang sedikit banyak bersifat racun dan adiktif, dapat
    merangsang otak. Sediaan simplisia biji pinang di apotek biasa digunakan
    untuk mengobati cacingan, terutama untuk mengatasi cacing pita. [3]
    Sementara itu, beberapa macam pinang bijinya menimbulkan rasa pening
    apabila dikunyah. Zat lain yang dikandung buah ini antara lain
    arecaidine, arecolidine, guracine (guacine), guvacoline dan beberapa
    unsur lainnya.
  3. Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit
    disentri, diare berdarah, dan kudisan. Biji ini juga dimanfaatkan
    sebagai penghasil zat pewarna merah dan bahan penyamak.
  4. Akar pinang jenis pinang itam, di masa lalu digunakan sebagai bahan peracun untuk
    menyingkirkan musuh atau orang yang tidak disukai. Pelepah daun yang
    seperti tabung (dikenal sebagai upih) digunakan sebagai pembungkus
    kue-kue dan makanan. Umbutnya dimakan sebagai lalapan atau dibikin acar.
  5. Batangnya kerap diperjual belikan, terutama di kota-kota besar di Jawa menjelang
    perayaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus, sebagai sarana untuk lomba
    panjat pinang. Meski kurang begitu awet, kayu pinang yang tua juga
    dimanfaatkan untuk bahan perkakas atau pagar. Batang pinang tua yang
    dibelah dan dibuang tengahnya digunakan untuk membuat talang atau
    saluran air.
  6. Pinang juga kerap ditanam, di luar maupun di dalam ruangan, sebagai pohon hias atau ornamental.
Manfaat dan kandungan biji pinang
Manfaat buah pinang antara lain : 

  1. Biji buah pinang yang masih muda dipercaya dapat mengecilkan rahim wanita setelah
    melahirkan. Biji buah pinang yang masih muda dapat direbus dan meminum
    air rebusan biji buah pinang tersebut.
  2. Buah pinang dipercaya dapat menghentikan pendarahan, hal ini disebabkan karena adanya kandungan senyawa choline.
  3. Manfaat buah pinang juga dapat mengobati cacingan, kandungan archoline dipercaya dapat mengataci cacingan pada unggas.
  4. Menambah gairah pada pria.
  5. Zat pewarna alami yang terkandung di dalam buah pinang muda memang banyak digunakan
    sebagai bahan pewarna serat. Jauh lebih mudah, alami dan tentu
    berkualitas. Warna merah anggur pada buah pinang muda ini bersumber dari
    senyawa phobapheen yang terkandung di dalamnya.
  6. Mengunyah dan meminum air buah pinang dapat menghindari terjadinya mata rabun 
Secara medis
mereka yang rutin mengkonsumsi pinang muda justru memperoleh manfaat
yang lebih baik. Jika tak suka warnanya yang melekat pada gigi, Anda
bisa mencoba kapsul ekstrak pinang muda yang kini mulai marak
dikembangkan oleh produsen obat herbal.

Fungsi Dan Manfaat Hutan Mangrove

Secara garis
besar, penjelasan bahwa mangrove mempunyai beberapa keterkaitan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan, dan
kesehatan serta lingkungan dibedakan menjadi lima, yaitu fungsi fisik,
fungsi kimia, fungsi biologi, fungsi ekonomi, dan fungsi lain
(wanawisata).



Fungsi fisik kawasan mangrove adalah sebagai berikut.

1. Menjaga garis pantai agar tetap stabil.

2.Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi,
serta menahan atau menyerap tiupan angin kencang dari taut ke darat.


3. Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru.

4. Sebagai kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke darat, atau sebagai filter air asin menjadi tawar.


Fungsi kimia kawasan mangrove adalah sebagai berikut.

1.   Sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen.

2.   Sebagai penyerap karbondioksida.

3. Sebagai pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal-kapal di lautan.
  


Fungsi biologi kawasan mangrove adalah sebagai berikut:

1.Sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan penting
bagi invertebrata kecil pemakan bahan pelapukan (detritus), yang
kemudian berperan sebagai sumber makanan bagi hewan yang lebih besar.
2.Sebagai kawasan pemijah atau asuhan (nurse?), ground) bagi udang, ikan,
kepiting, kerang, dan sebagainya, yang setelah dewasa akan kembali ke
lepas pantai.
3. Sebagai kawasan untuk berlindung, bersarang, serta berkembang biak bagi burung dan satwa lain.
4. Sebagai sumber plasma nutfah dan sumber genetika.
5. Sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut lainnya.

Secara ekonomi,
Kawasan
mangrove merupakan sumber devisa (pendapatan), baik bagi masyarakat,
industri, maupun bagi negara. Adapun fungsi ekonomi kawasan mangrove
sebagai sumber devisa adalah sebagai berikut.
1. Penghasil kayu, misalnya kayu bakar. arang, serta kayu untuk bahan bangunan dan perabot rumah tangga.
2.Penghasil bahan baku industri, misalnya pulp, kertas, tekstil, makanan,
obat-obatan, alkohol, penyamak kulit, kosmetika, dan zat pewarna.
3. Penghasil bibit ikan, udang, kerang, kenning, telur burung, dan madu.

Fungsi lain (wanawisata) kawasan mangrove antara lain adalah sebagai berikut.
I. Sebagai kawasan wisata alam pantai dengan keindahan vegetasi dan satwa, serta berperahu di sekitar mangrove.
2. Sebagai tempat pendidikan, konservasi, dan penelitian.

Begitu
pentingnya hutan mangrove menuntut Pemerintah lebih serius dalam program
pelestariannya. masyarakatpun harus ikut berpartisipasi dalam
perlindungan, pengelolaan, dan pengembangan hutan mangrove.

Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup


             Jumlah tumbuhan dan hewan sangat banyak, sehingga tidak mungkin menghafalkannya satu per satu. Oleh karena itu, kita perlu melakukan klasifikasi. Dengan klasifikasi, kita dapat mengenal sifat suatu spesies dengan melihat spesies lain yang merupakan anggota kelompok yang sama atau dengan melihat nama kelompoknya.

Contohnya kita dapat mengelompokkan seluruh jenis hewan menjadi dua kelompok besar, yaitu hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tidak bertulang belakang (invertebrata).

Kemudian, kelompok hewan vertebrata dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih kecil lagi, yaitu kelompok ikan (Pisces), kelompok hewan dua alam (Amfibi), kelompok hewan melata (Reptil), kelompok hewan menyusui (Mammalia), dan kelompok hewan bersayap (Aves). Kelompok-kelompok tersebut dikumpulkan berdasarkan persamaan sifat.

Kelompok ikan, misalnya, merupakan kumpulan dari berbagai jenis hewan yang hidup di air dan memiliki kesamaan sifat-sifat tertentu sehingga disebut sebagai ikan. Misalnya mempunyai sisi, bernapas dengan insang, dan berenang dengan sirip. Kegiatan mengklasifikasikan makhluk hidup sangat bermanfaat bagi manusia.

Dengan klasifikasi tersebut akan mempermudah kita dalam mempelajari berbagai jenis makhluk hidup yang ada di dunia ini. Manfaat lainnya adalah memudahkan langkah-langkah pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan klasifikasi juga bisa diketahui hubungan kekerabatan spesies satu dengan yang lain.


Proses Dan Hasil Klasifikasi Makhluk Hidup


Para ilmuwan melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan cara mencari persamaan ciri-ciri yang dimiliki. Makhluk hidup yang memiliki kesamaan ciri (sifat) dikelompokkan dalam satu kelompok atau takson. Misalnya, ayam dan burung dimasukkan dalam satu kelompok karena memiliki ciri yang sama, yaitu berbulu, memiliki paru, dan berkembang biak dengan bertelur.

Sementara itu, hewan yang memiliki perbedaan sifat akan dimasukkan dalam kelompok yang berbeda pula. Misalnya, kita akan mengelompokkan beberapa hewan, yaitu sapi, kerbau, kambing, kucing, itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak. Hewan-hewan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berambut. Kelompok ini terdiri dari sapi, kerbau, kambing, dan kucing. Sedangkan kelompok kedua berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berbulu. Kelompok ini terdiri dari itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak.

Berdasarkan cara pengelompokannya, sistem klasifikasi makhluk hidup dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sistem artifisial, sistem alamiah, dan sistem filogeni. Masing-masing sistem klasifikasi tersebut memiliki dasar pengelompokkan tertentu.

Pada sistem artifisial (buatan), klasifikasikan dilakukan berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan fisiologi (terutama pada alat perkembangbiakan dan habitat makhluk hidup). Contoh sistem klasifikasi ini adalah yang dilakukan oleh Theopratus dalam bukunya Historia Plantarum. Ia membagi tumbuhan menjadi empat kelompok berdasarkan penampakannya, yaitu pepohonan, perdu, semak, dan gulma. Sistem yang lain dikemukakan oleh Aristoteles dalam bukunya Historia Animalum. Ia mengelompokkan hewan menjadi dua kelompok, yaitu hewan berdarah dan hewan tak berdarah. Tokoh lain yang mengembangkan sistem ini adalah Carolus linneaus.

Bapak Klasifikasi

Carolus Linnaeus atau Carl Von Linne adalah seorang doktor ahli botani dari Swedia. Dia memperkenalkan sistem klasifikasi modern. Pada mulanya, sistem klasifikasi yang dikenalkan menggunakan sistem polinomial (banyak kata). Selanjutnya, ia menggunakan sistem binomial (dua kata). Kata pertama menunjukkan genus, sedangkan kata kedua menunjukkan spesies. Karena berhasil memperkenalkan sistem binomial, ia mendapatkan julukan Bapak Klasifikasi.

Pada sistem alamiah, hasil klasifikasi (takson) terbentuk secara alami, sesuai kehendak alam. Dasar klasifi kasi yang digunakan yaitu banyak sedikitnya persamaan, terutama morfologi. Pelopornya adalah Michael Adanson dan Jean Baptise de Lamarck. Mereka mengelompokkan hewan menjadi empat kelompok, yaitu hewan berkaki empat, hewan berkaki dua, hewan bersirip, dan hewan tidak berkaki. Selanjutnya, hewan berkaki empat dibagi lagi menjadi kelompok hewan berkuku genap dan berkuku gasal.

Sedangkan sistem filogeni merupakan klasifikasi yang mengacu pada teori evolusi. Teori tersebut menyatakan bahwa spesies yang ada di muka bumi akan mengalami perubahan terus menerus sejalan dengan perubahan lingkungan, sehingga menghasilkan spesies yang berbeda.

Organisme baru dilahirkan oleh organisme pendahulunya yang mengalami perubahan (meliputi perubahan susunan gen) yang mengakibatkan perubahan pada sifat organisme tersebut. Proses ini berlangsung lambat dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Dengan menggunakan sistem ini, jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar-antar takson dapat terlihat dengan jelas. Semakin dekat hubungan perkerabatan, semakin banyak persamaannya.

Dalam sejarah perkembangannya, berbagai sistem klasifikasi pernah dikemukakan oleh para ahli, mulai dari sistem dua kingdom sampai sistem yang sekarang umum dipakai. Perhatikan Gambar 1.
Perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup
Gambar 1. Perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup
Pada tahun 1758, Carolus Linnaeus mengusulkan sistem dua kingdom. Ia mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kingdom (dunia), yaitu Dunia Hewan (Animalia) dan Dunia Tumbuhan (Plantae). Semua organisme yang tidak memiliki dinding sel dan mempunyai kemampuan berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok hewan. Sedangkan organisme yang memiliki dinding sel, mampu melakukan fotosintesis, dan tidak dapat berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok tumbuhan.

Menyempurnakan sistem dua kingdom, pada tahun 1866, Ernest Haeckel mengusulkan sistem tiga kingdom. Di dalam sistem ini, makhluk hidup dibagi Dunia Hewan (Animalia), Dunia Tumbuhan (Plantae), dan Dunia Protista. Dunia Protista mencakup bacteria, Protozoa, dan Porifera. Selain Haeckel, sistem tiga kingdom juga diusulkan oleh Antoni Van Leuwenhoek, tetapi kingdom yang ketiga bukan Protista, melainkan Fungi (Dunia Jamur). Leuwenhoek menggunakan dasar pengelompokan berupa cara memperoleh nutrisi.

Fungi merupakan kelompok organisme yang memperoleh makanannya dengan menguraikan dan menyerap media, Plantae merupakan kelompok organisme yang mendapatkan makanan dengan melakukan fotosintesis, dan Animalia merupakan kelompok organisme yang memakan organisme lain, baik fungi, tumbuhan, maupun hewan lain.

Sistem empat kingdom muncul menyusul sistem tiga kingdom, diusulkan oleh Copeland pada tahun 1956. Copeland mengelompokkan makhluk hidup menjadi empat kingdom, yaitu Monera (termasuk bacteria), Protoctista (pengganti nama Protista), Plantae (tumbuhan, termasuk fungi), dan Animalia. Sistem serupa juga dikemukakan oleh

Eduard Chatton (1939) yang menggunakan dasar klasifikasi berupa ada tidaknya membran yang membungkus inti sel (eukariotik dan prokariotik). Dalam perkembangan selanjutnya, Sistem lima kingdom kemudian muncul mengikuti perkembangan sistem-sistem sebelumnya.

Pada tahun 1969, R. H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi Monera (memiliki tipe sel prokariotik, meliputi Bakteri dan Cyanobacteria), Protista (organisme eukariotik bersel tunggal, meliputi Protozoa dan Algae), Fungi (eukariotik, multiseluler, mengurai medium dan menyerap makanan), Plantae (eukariotik, multiseluler, dan autotrof karena mampu berfotosintesis, Meliputi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta), dan Animalia (eukariotik, multiseluler, heterotrof).

Ke depan sistem klasifikasi akan semakin berkembang sehubungan dengan adanya kemajuan teknologi di bidang biologi, terutama biologi molekuler. Bahkan saat ini juga sudah diajukan sistem klasifi kasi enam kingdom dan sistem tiga domain.

Di dalam berbagai sistem klasifikasi tersebut, tingkatan tertinggi kelompok atau makhluk hidup adalah kingdom (dunia). Kingdom ataudunia merupakan sebuah golongan (kelompok), disebut takson. Sebagai takson yang tertinggi, Kingdom masih dapat dibagi lagi menjadi unit-unit takson di bawahnya. Urutan unit takson pada hewan adalah Kingdom (Dunia), Phylum (Filum), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Familia (Suku), Genus (Marga), dan Species (Spesies, Jenis). Untuk tumbuhan urutan tersebut sama tetapi takson di bawah Kingdom bukan Phylum, melainkan Divisio (Divisi).

Takson atau kelompok makhluk hidup dapat memiliki peringkat atau kategori dan takson-takson tertentu yang diberi nama secara ilmiah. Jadi setiap takson (kelompok) makhluk hidup di dalam sistem kalsifikasi memiliki nama ilmiah tertentu yang sifatnya khas dan tidak dipakai untuk nama takson yang lain. Perhatikan contoh pada bagan pada Gambar 2.
Kategori dan Takson pada Dunia Tumbuhan
Gambar 2. Kategori dan Takson pada Dunia Tumbuhan
Kingdom atau dunia merupakan tingkatan takson tertinggi. Kingdom dibagi lagi menjadi filum (pada hewan) dan divisi (pada tumbuhan). Pembagian ini biasanya berdasarkan pada ciri yang umum. Pada tumbuhan, misalnya, tumbuhan yang memiliki, akar, batang, dan daun yang sejati dimasukkan pada Divisi Spermatophyta. Sedangkan tumbuhan yang tidak memiliki akar dan batang yang sejati dimasukkan ke dalam divisi lain, seperti Divisi Bryophyta, Psilophyta, Lycophyta, dan Filicophyta. Divisi dibagi menjadi beberapa subdivisi dan kelas.

Divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji) dibagi menjadi Subdivisi Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan Subdivisi Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka). Angiospermae dibagi lagi menjadi Kelas Monocotyledoneae (tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping satu) dan Kelas Dicotyledoneae (tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping dua). Di bawah kategori kelas, terdapat kategori bangsa. Kelas Monocotyledoneae memiliki beberapa bangsa, contohnya adalah bangsa Poales, Liliales, dan Bromeliales. Bangsa

Poales dibagi lagi menjadi beberapa suku, contohnya Suku Poaceae dan Suku Cyperaceae. Suku Poaceae (suku rumput-rumputan) memiliki beberapa marga, misalnya, Marga Oryza. Marga merupakan takson yang mencakup sejumlah spesies yang memiliki persamaan struktur alat reproduksi (jenis kelamin). Di bawah marga adalah kategori spesies atau jenis. Spesies merupakan populasi yang setiap individu yang menjadi anggotanya memiliki kesamaan pada sifat morfologi, anatomi, fisiologi, dan jumlah kromosom serta susunan kromosomnya.

Marga Oryza memiliki jenis Oryza sativa (padi). Apabila antar individu satu jenis melakukan perkawinan, maka akan dihasilkan keturunan yang fertil (subur). Tetapi khusus untuk organisme prokariotik konsep spesies tersebut tidak berlaku.

Ketujuh tingkatan takson tersebut adalah tingkatan yang umum disebut. Selain itu, masih terdapat kategori (peringkat) yang lain yang letaknya berada di antara takson-takson tersebut. Yang berada di bawahnya diawali dengan kata sub, yaitu subkingdom, subphylum, subordo, dan subspesies. Sedangkan apabila kategorinya lebih tinggi, diawali dengan kata super, yaitu superclassis, superordo, dan superfamilia.